Dari mana sih asal Cakwe ini ?
Dari bincang - bincang dengan sang pemilik, Fathi Bawazier, seorang pengusaha cetak yang merambah dunia kuliner karena ia menyukai penganan ini, beliau bilang, Cakwe ini salah satu makanan yang berasal dari Tiongkok, dan memiliki cerita yang sangat dramatis di awal pembuatannya.
Cerita perjuangan di balik sebuah makanan ? Wah !
Dalam bahasa Hokian, Cakwe artinya adalah hantu goreng.
Hantu ? iya, hantu. Makanan ini ternyata sarat nilai sejarahnya. Begini ceritanya...
Dulu, di Tiongkok, pada jaman Dinasti Song, suku Jin dari Utara sangat kuat, mereka beberapa kali menyerbu negeri Song. Kemudian Kerajaan Song dikalahkan dan kaisar Wei dan Xin ditangkap. Kemudian raja Gang (baca: Kang) mendirikan dinasti Song Selatan. Di masa kaisar Gao dari Song Selatan, sekali lagi diserbu secara besar-besaran oleh suku Jin dan menduduki sebagian besar daerah utara dari sungai Chang Jiang (Yang Tse). Untungnya ada seorang jenderal yang bernama Yue Fei ( bahasa Hokkian Gak Hui, sering menjadi inspirasi kepahlawanan dalam serial silat) memimpin tentara Song untuk melawannya dengan gigih, disamping itu dia melindungi ibu kota Song Selatan. Dia dengan patriotiknya membela negaranya dan telah mengambil kembali banyak daerah Song yang telah diduduki oleh tentara kuda Jin yang terkenal.
Sayang sebelum dia dapat mengambil kembali ibu kota Song yang dahulu, hanya masih kira-kira 22 kilometer jaraknya. Waktu Gak Hui akan melewati Sungai Kuning bagian utara, Jenderal Yue Fei dipanggil pulang secara mendadak oleh raja Gao. Raja Gao mendengar kata-kata pengkhianat yang bernama Qin Kuai (Chin Kwe) yang membisiki raja dengan perkataan bahwa Gak Hui kalau menang akan mengundang kembali kaisar Wei dan Xin yang masih ditangkap oleh suku Jin untuk naik tahtanya kembali. Maka kalau raja tidak mengambil tindakan sekarang, kedudukan raja Gao akan susah dipertahankan. Chin Kwe juga mengatakan bahwa Jenderal Gak Hui akan memberontak dan menganjurkan agar Gak Hui ditangkap segera kalau datang, lalu dibunuh.
Kematian Gak Hui membuat marah semua rakyat dan menganggap Chin Kwe sebagai pengkhianat negara. Ada orang yang membenci Chin Kwe membuat model manusia dari tepung terigu yang mencerminkan Chin Kwe dan istrinya, disatukan jadi satu, lalu di goreng dan dimakan. Dahulu makanan ini dinamakan Yu –Zha (goreng dengan minyak) Qin Kuai, lalu diringkas menjadi Yu Zha Kuai (Hokkian Yu Cah Kwe), menjadi lebih singkat lagi Cah kwe atau Yutiao (Mandarin). Ini dilakukan sebagai simbolisasi kebencian rakyat atas Chin Kwe, ganyang Chin Kwe dan istrinya!
Sayang sebelum dia dapat mengambil kembali ibu kota Song yang dahulu, hanya masih kira-kira 22 kilometer jaraknya. Waktu Gak Hui akan melewati Sungai Kuning bagian utara, Jenderal Yue Fei dipanggil pulang secara mendadak oleh raja Gao. Raja Gao mendengar kata-kata pengkhianat yang bernama Qin Kuai (Chin Kwe) yang membisiki raja dengan perkataan bahwa Gak Hui kalau menang akan mengundang kembali kaisar Wei dan Xin yang masih ditangkap oleh suku Jin untuk naik tahtanya kembali. Maka kalau raja tidak mengambil tindakan sekarang, kedudukan raja Gao akan susah dipertahankan. Chin Kwe juga mengatakan bahwa Jenderal Gak Hui akan memberontak dan menganjurkan agar Gak Hui ditangkap segera kalau datang, lalu dibunuh.
Kematian Gak Hui membuat marah semua rakyat dan menganggap Chin Kwe sebagai pengkhianat negara. Ada orang yang membenci Chin Kwe membuat model manusia dari tepung terigu yang mencerminkan Chin Kwe dan istrinya, disatukan jadi satu, lalu di goreng dan dimakan. Dahulu makanan ini dinamakan Yu –Zha (goreng dengan minyak) Qin Kuai, lalu diringkas menjadi Yu Zha Kuai (Hokkian Yu Cah Kwe), menjadi lebih singkat lagi Cah kwe atau Yutiao (Mandarin). Ini dilakukan sebagai simbolisasi kebencian rakyat atas Chin Kwe, ganyang Chin Kwe dan istrinya!
Waw ! Ternyata marah pun bisa menghasilkan hal positif ya kalau dikelola dengan benar!
Seperti kemarahan yang dijadikan cakwe ini. Hehehe...
Walaupun bahan baku Cakwe ini terlihat sederhana, paduan dari tepung trigu, ragi, soda, ammonium bicarbonat dan garam. Adonan kalau sudah “mekar” dibuat seperti tongkat yang panjangnya kira kira 15-20 cm, lalu dua tongkat dilekatkan menjadi satu. Kalau digoreng panjangnya menjadi kira kira 25 cm dan berwarna coklat. Kelihatan simpel, tapi ternyata ada teknik dan beberapa trik spesial untuk bisa menghasilkan cakwe yang enak dan pas. Beberapa kadang malah menjadi liat dan keras. Kurang nyaman dikunyah apalagi dimakan.
Menurut Kang Mas saya yang emang suka cakwe dari kecil dan udah makan berulang kali, ia mendefinisikan Cakwe enak itu sebagai :
"Pas digenggam, kriuk di luar, namun lembut di dalam, lalu ditemani saus asam manis gurih pedas yang segar."
Ngomong ngomong soal genggaman, ada yang agak over dari genggaman tangan, namanya CAKWE'In JUMBO. Sesuai namanya, bentuknya gede dan bikin kang mas kenyang dalam sekali porsi cemilan. Plusnya, paket Cakwein Jumbo ini udah termasuk minum...jadi lebih hemat!
Kang mas salah satu kritikus makanan yang kritis. Beda sama saya yang taunya cuma dua, makanan enak dan sangat enak, hehehe. Itu mungkin salah satu alasan Kang mas selalu memilih CAKWE'In kalau mau makan cakwe enak.
"No doubt, selalu enak di sini!" Begitu alasannya.
Apalagi, selain cakwe, di sini menyediakan spagheti untuk anak saya yang suka pasta, dan roti cane dengan kari kesukaan saya. (ah, apa sih makanan yang saya ngga suka? hehehe...). Harganya juga bersaing. Ekonomis ngga nguras kantong buat ukuran makan di Mall.
Coba aja cek di menu nya, semuanya masuk akal dan ringan di dompet, kok, hehehe....
Oh iya, salah satu yang rekomended banget di sini adalah nasi goreng kampoeng nya. Makan komplit, 15 ribu aja.
Salah satu opsi buat saya yang lebih suka nyemil makanan berat.
Nyemil, kok, nasi goreng ? hehehe....